Pendudukan jepang di indonesia
Tanggal
7 Desember 1941 Jepang menyerang pangakalan militer Amerika serikat di Pearl
Harbour (hawai). Setelah Menyerang Peral Harbour Jepang berusaha menguasai
wilayah di Asia-Pasifik seperti: Kawasan Asia (Singapura, Laos, Filipina,
Kamboja, Thailad, Indonesia) dan kawasan asia pasifik . Menghadapi ekspansi
Jepang sekutu bergabung dalam ABCD (American, British, China, Dutch) dan
membentuk ABDACOM (American British China Dutch Australian Command). Sehingga
membuat Jepang terpojok dan berusaha untuk menambah jumlah tentara guna unutk
melawan sekutu. Sehingga Jepang mulai menduduki dan menguasai wilayah-wilayah
yang ada di Indonesia .
Perang dunia ke dua terjadi tahun
1940-1945. Terjadinya Perang Dunia II secara tidak langsung berpengaruh
terhadap kehidupan politik dan pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun
1942 Jepang berhasil mengalahkan Belanda, maka posisi Belanda Indonesia diambil
alih oleh Jepang. Artinya Indonesia mulai dijajah oleh Jepang. Masa pendudukan Jepang
berjalan sekitar 3,5 tahun. Berbagai kebijakan Jepang di Indonesia diarahkan
untuk memperkuat kekuatan militer. Selain itu untuk ikut mendukung
kemenangannya dalam menghadapi Sekutu. Perang Dunia II juga berpengaruh bagi
Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Setelah Jepangkalah menyerah kepada
Sekutu tanggal 14 Agustus 1945, Indonesia dalam keadaan “vacuum of power”
(kekosongan kekuasaan). Jepang sudah menyerah berarti tidak mempunyai hak
memerintah Indonesia, sementara Sekutu, saat itu belum datang. Kondisi ini
kemudian dimanfaatkan bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Prajurit-prajurit Schnelltruppen (Pasukan Cepat) berhamburan
keluar dari Hanomag Mittlere Schutzenpanzerwagen Ausf.D SdKfz 251/10 (latar
belakang) dan halftrack SdKfz 251/1 (depan) untuk menyerbu sebuah desa Rusia
yang terbakar di hari-hari pertama Unternehmen Barbarossa tanggal 26 Juni 1941.
Ranpur SdKfz 251/1, dengan tiga buah senapan mesin MG 34 yang disandangnya,
merupakan alat angkut lapis baja standar bagi pasukan infanteri dalam mengikuti
cepatnya pasukan Panzer saat bergerak. Anggota Schnelltruppen (nantinya dinamai
ulang menjadi Panzergrenadier tahun 1943) dilatih untuk bertempur di dalam
kendaraan perang mereka atau setelah keluar darinya. Ranpur SdKfz 251/10 dipersenjatai
dengan meriam PaK 36 37mm sebagai sarana anti-tank dan juga artileri ringan
pendukung infanteri. Setiap Zug (peleton) Schnelltruppen dilengkapi dengan tiga
SdKfz 251/1 dan satu SdKfz 251/10. Setiap SdKfz 251/1 dapat membawa serta 10
prajurit ditambah dengan dua supir/navigator. Saat pertempuran sedang
berlangsung, maka kendaraan ini akan disimpan di belakang sebagai cadangan
mobil. Saat mencapai sasaran, maka komandannya akan berteriak
"Abspringen!" (mampret!) dan ke-10 prajuritnya akan mengambil dua MG
34 untuk membentuk Schützenkette (garis tembak) dengan senapan mesin di tengah
dan pemimpin skuadnya mengarahkan di paling pinggir. 16.000 buah Hanomag SdKfz
251 diproduksi antara tahun 1939-1945 dan banyak dari kendaraan ini yang
difungsikan secara berbeda seperti sebagai sarana anti serangan udara, peluncur
roket atau lampu pijar. Meskipun hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa SdKfz
251 adalah sebuah kendaraan perang yang multi-fungsi, tapi dia juga secara
tidak langsung mengalihkan fungsi utamanya sebagai kendaraan pengangkut
pasukan. Hanya 1/3 Panzergrenadier yang menggunakan SdKfz 251 sebagai sarana
saat bergerak, sementara sisanya menggunakan segala kendaraan yang ada, dari
mulai truk, mobil ringan sampai ambulans!
Belum ada tanggapan untuk " "
Post a Comment