BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
suatu Adalah
kesalahan besar jika kita menganggap bahwa persoalan dalam pemilihan kata
adalah suatu persoalan yang sederhana, tidak perlu dibicarakan atau dipelajari
karena akan terjadi dengan sendirinya secara wajar pada diri manusia. Dalam
kehidupan sehari-hari sering kali kita menjumpai orang-orang yang sangat sulit
mengungkapkan maksud atau segala sesuatu yang ada dalam pikirannya dan sedikit
sekali variasi bahasanya. Kita pun juga menjumpai orang-orang yang boros sekali
dalam memakai perbendaharaan katanya, namun tidak memiliki makna yang begitu
berarti. Oleh karena itu agar tidak terseret ke dalam dua hal tersebut, kita
harus mengetahui betapa pentingnya peranan kata dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian
yang tersirat dalam sebuah kata mengandung makna bahwa setiap kata
mengungkapkan sebuah gagasan. Kata-kata merupakan alat penyalur gagasan yang
akan disampaikan kepada orang lain. Jika kita sadar akan hal itu, berarti
semakin banyak kata yang kita kuasai, semakin banyak pula ide atau gagasan yang
kita kuasai dan sanggup kita ungkapkan.
Tujuan manusia berkomunikasi lewat bahasa adalah agar saling memahami antara
pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca. Dalam berkomunikasi,
kata-kata disatu-padukan dalam suatu konstruksi yang lebih besar berdasarkan
kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa. Dalam hal ini, pemilihan
kata yang tepat menjadi salah satu faktor penentu dalam komunikasi.
Pemilihan
kata merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal tulis-menulis
maupun berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan kata berhubungan erat
dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial, dan kaidah
mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung sehingga tulisan atau apa yang
kita bicarakan menjadi lebih berbobot dan bernilai serta lebih mudah dipahami
dan dimengerti oleh orang lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang makalah ini,
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apakah
pengertian dari EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)?
2. Kaidah
EYD ?
C. Tujuan
Penulisan
Agar para pembaca dapat lebih mengerti
dan memahami penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam Tata Bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ejaan Yang Di Sempurnakan (EYD)
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa
dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan
bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf
miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang
disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa
yang menyempurnakan
sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang
mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik
dan benar. Justru itu untuk
memahami EYD sangatlah penting untuk mengetahui pembahasan berikut ini .
1.
Pemakaian Huruf
a.
Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan
bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di
sebelahnya.
Huruf Nama
G g g P
p pe Y y ye
H h h Q q ki Z z zet
I i i R r Er
b.
Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal
dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, i, u, e, dan o.
Huruf Vokal Contoh Pemakaian
dalam Kata
di Awal di Tengah di Akhir
a adik pamit bursa
i ini minyak Arti
Dalam pengajaran lafal kata,
dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Contoh:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Sidang itu dihadiri oleh pejabat
teras pemerintah.
Kami menonton film seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri.
B.
Huruf
Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan
dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf:
Huruf Konsonan Contoh Pemakaian dalam Kata
1.
di
awal di tengah di akhir
2.
bentuk
Abdi Adab
3.
cinta
Macam – daun Andil Abad kan bunyi hamzah khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
C.
Huruf
Diftong
Di dalam bahasa Indonesia
terdapat diftong yang dilambangkan ai, au, dan oi.
Huruf Diftong Contoh pemakaian dalam kata
Di awal Di tengah Di akhir
Ai Ain syaitan pandai
D.
Gabungan
Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia
terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan
sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan Huruf Konsonan Contoh Pemakaian dalam kata
Di awal Di tengah Di Akhir
Kh Khusus akhir tarikh
Ny Nyata hanyut –
Dalam hal ini serimg kita jumpai
persamaan dalam melafalkan huruf antara negara satu dengan yang
lainya,persamaan ini disebabkan adanya sebuah kesepakatan diantara
negara-negara yang ada,di tambah lagi adanya bahasa internasional yang pasti
membuat persamaan lafal dalam pengucapan semakin terbiasa.
E.
Pemenggalan
Kata
1.
Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:
a.
Jika
di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua
huruf vokal itu.
Contoh: ma-af, la-in, ni-at.
Huruf diftong ai,au,oi tidak
pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua
huruf vokal itu.
Contoh:
Au-la bukan a-u-la
b.
Jika
di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara
dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Contoh:
Le-wat, me-rah, ba-yam, mu-ta-khir, de-la-pan.
c.
Jika
di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.
Contoh:
Sam-bal, ber-sih, pas-ti, war-ga.
Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu
dapat bergabung dengan unsure lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara
unsur-unsur ituatau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaedah 1a, 1b,
1c, 1d, di atas.
Contoh:
mili-meter, mi-li-me-ter
intro-speksi, in-tro-spek-si
bio-grafi, bi-o-gra-fi
Keterangan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang laindisesuaikan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.
F.
Pemakaian
Huruf Kapital dan Huruf Miring
a.
Huruf
Kapital atau Huruf Besar
1.
Huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh:
Ayahku pergi ke kantor.
Dia selalu menunggu temannya yang
terlambat.
Bagaimana kabarnya?
2.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh:
Aji bertanya, “Dari mana kamu?”
“Aku dari rumah temanku,” jawab
Tika.
3.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci,termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Allah, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang.
Quran, Injil, Islam, Kristen.
Semoga Tuhan selalu melimpahkan
rahmat-Nya.]
Dialah Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang.
4.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Panglima Sudirman, Sultan Hasanuddin, Nabi Muhammad, Imam Syafi’i.
5.
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Contoh:
Ia baru saja di angkat menjadi panglima.
6.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nam orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Tengah, Wakil Presiden Yusuf
Kalla.
7.
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
diikuti nama orang, atau nama tempat.
Contoh:
Siapakah presiden yang baru dilantik kemarin?
8.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh:
Meiko Fairuzia Adriani, Muhammad Faisal Adrianto, Agnes Monica.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Contoh:
5 newton, 220 volt.
9.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh:
suku Jawa, bangsa Indonesia, bahasa Indonesia.
Huruf capital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk
dasar kata turunan.
Contoh:
Mengindonesiakan kata asing.
10.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.
Contoh:
tahun Masehi, hari Jum’at, hari Lebaran, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
11.
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.
Contoh:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya
12.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh:
Jawa Tengah, Surabaya, Selat Sunda, Jazirah Arab, Dataran Tinggi Dieng.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri.
Contoh:
Menyeberangi selat, pergi ke arah barat.
13.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan.
Contoh:
Republik Rakyat China, Dewan Perwakilan Daerah, Departemen Kesehatan.
Hururf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
Negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Contoh:
Menjadi sebuah republik, menurut undang-undang yang berlaku.
14.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, aerta dokumen
resmi.
Contoh:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar.
15.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
16.
Saya
sudah membaca majalah Bahasa dan Sastra.
Ia menyelesaikan makalah “Sejarah Islam Zaman Pertengahan”.
17.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Contoh:
S.Pd. sarjana pendidikan
S.H. sarjana hokum
S.Ag. sarjana agama
18.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan.
Contoh:
“Kapan Ibu pergi ke pasar?” tanya Meiko.
Para siswa mengunjungi Pak Hasan.
19.
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Contoh:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
20.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Anda harus angkat kaki dari rumah ini. Rumah Anda telah kami sita.
Apakah Anda sudah tahu?
b. Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menuliskan nama buku,majalah,dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
Majalah Bahasa dan
Kesusastraan,buku Negara-kertagama karangan Prapanca,surat kabar Suara Karya.
c.
Huruf
miring dalam cetakan dipakai dalam menegaskan atau mengkhususkan huruf,bagian
kata,kata,atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad ialah a.
d.
Huruf
miring dan cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan
asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Politik devite et impera pernah
merajalela di negeri ini
G.
Penulisan
Kata
1.
Kata
Dasar
Kata yang berupa kata dasar
ditulis sebagai satu-kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
2.
Kata
turunan
a.
Imbuhan
(awalan,sisipan,akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:bergeletar,dikelola,penatapan,menengok,mempermainkan.
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan,garis bawahi,menganak sungai,sebar luaskan.
b.
Jika
bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus,unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: menggaris bawahi, menyebar luaskan,dilipat gandakan, penghancur leburan.
c.
Jika
salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Contoh: antarkota,
dasawarsa, adipati, audiogram, ekstrakurikuler,
elektroteknik, introspeksi, semipropesional, dan lain-lain.
3.
Gabungan
Kata
1)
Gabungan
kata yang lazim disebut kata majemu,termasuk istilah khusus,unsure-unsurnya
ditulis terpisah.
Misalnya: duta besar,kambing
hitam,orang tua,rumah sakit umum.
2)
Gabungan
kata,termasuk istilah khusus,yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsure
yang bersangkutan.
Misalnya:
Alat pandang-dengar,anak-istri saya,buku sejarah-baru,mesin-hitung tangan.
3)
Gabungan
kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya: acapkali, adakalanya,
belasungkawa, halalbihalal, titimangsa, saptamarga, radioaktif.
H.
Kata
Ganti –ku, kau, -mu, -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya;-ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu dan bukunya tersimpan di
perpustakaan.
I.
Kata
Depan di, ke, dari
Kata depan di, ke, dan dari
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata
yang sudah lazim dianggap sebgai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari
Kesampingkan saja persoalan yang
tidak penting itu.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
J.
Kata
si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali
kepada si pengirim.
K.
Partikel
a.
Partikel
–lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Siapakah gerangan Dia?
Apakah yang tersirat dalam surat
itu?
Apalah gunanya bersedih hati?
b.
Partikel
pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Jangankan dua kali,satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Apa pun yang dimakannya,ia tetap kurus.
Catatan: kelompok yang lazim
dianggap padu,misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, sekalipun,
walaupun, kalaupun, kendatipun, sungguhpun ditulis serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya
menyelesaikan tugas itu.
c.
Partikel
per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahuluinya
atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Harga kain itu Rp.2.000,00 per
helai.
Mereka masuk ke dalam kelas satu
per satu.
L.
Singkatan dan Akronim
1.
Singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.
Singkatan
nama orang,nama gelar,sapaan,jabatan,atau pangkat diikuti
dengan tanda titik.
A.S. Kramawijaya , Muh. Yamin ,
Suman Hs. , Sukanto S.A.
M.Sc. master of science
Sdr. Saudara
S.Kar. sarjana Karawitan
Kol. Colonel
b.
Singkatan
nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
capital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
SMTP Sekolah Menengah Tengah
Pertama
c.
Singkatan
umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik.
dll. dan lain-lain
sda. sama dengan atas
dst. dan seterusnya
kVA kilovolt-ampere
TNT trinitrotoluene
d.
Akronim
ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
e.
Akronim
nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
2.
Seluruhnya
dengan huruf kapital.
IAIN Institut Agama Islam Negeri
SIM Surat Izin Mengemudi
3.
Akronim
nama diiri yang berupa gabungan suku kata atau huruf dan suku kata
dari deret kata ditulis dengan
huruf awal huruf kapital.
Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha
Indonesia.
Sespa Sekolah Staf Pimpinan
Administrasi.
4.
IAkronim
yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,suku kata,ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
pemilu pemilihan umum
rudal
peluru kendali
5.
Angka
dan Lambang Bilangan
a.
Angka
dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
Angka Romawi: I,II,III,IV,….
Angka Arab: 0,1,2,3,4,5,…
Angka yang digunakan untuk
menyatakan ukuran panjang, berat, isi, satuan waktu, dan nilai barang.
11 meter persegi Rp. 10.000,00
b.
Angka
lazim untuk menandai nomor jalan,rumah,apartemen atau kamar pada alamat.
Jalan Pemuda No. 104 Surabaya
Hotel Sheraton, kamar 30
c.
Angka
yang digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya.
Bab VI, pasal 20, halaman 35
Surat Al-Ikhlas : 2
d.
Penulisan
lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
1. Bilangan utuh
27 dua puluh tujuh
2.
Bilangan pecahan
100%
seratus persen
e.
Penulisan
kata bilangan tingkat.
Tingkat III
Tingkat ke-3
Tingkat ketiga
f.
Penulisan
kata bilangan yang mendapat akhiran –an.
Tahun 1000-an atau tahun
seribuan.
6.
Penulisan
Unsur Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa
Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah
maupun dari bahasa asing. Berdasrka taraf integrasinya, unsure pinjamam dalam
bahasa Indonesia dapat di bagi atas dua golongan besar. Pertama. unsur pinjaman
yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shuttle cock,
reshuffle. Unsur-unsur tersebut di pakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi
pengucapannya Masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yamg penulisan
dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini
diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
7.
Pemakaian
Tanda Baca
a.
Tanda
Titik
Tanda titik dipakai pada atau
untuk:
1.
akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh :
Roni membaca buku ceita.
Dia menanyakan siapa yang duduk
disana.
di
belakang angka atau huruf dalam suatu bagian.
Misalnya
:
a.
III.
Departemen Dalam Negeri
b.
ADirektorat
Jenderal
Pembangunan
Masyarakat Desa
c.
Memisahkan
angka jam, menit dan detik yang menunjukkan jangka waktu maupun jangka waktu.
Contoh : Pukul 1.35.20 (pukul 1
lewat 35 menit 20 detik).
d.
Memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatannya.
Ia lahir pada tahun 1965 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan
seterusnya.
e.
Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan,tabel
dan seterusnya.
Contoh
: Acara Kunjungan Adam Malik
(Bab
I UUD’45)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah
tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia
dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf
miring, serta penulisan unsur serapan.
EYD disini diartikan sebagai tata bahasa
yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata
bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis
memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail.
Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.
Dari uraian singkat di atas maka kita
bisa menarik kesimpulan/penulis mencoba memberikan kesimpulan berdasarkan data-data
dan fakta dilapangan menunjukkan masih banyak orang-orang tidak memahami
pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang
benar. Jadi dilhat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini
karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain.
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu
tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau
mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudah-mudahan urain singkat diatas dapat
memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun
selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang berjudul
”Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar”. Dan atas bimbingan dan saran-saran
Bapak Dosen, saya ucapkan terimakasih.
B.
Saran
Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa tulis.
Dengan adanya penjabaran tentang pamakaian EYD diharapkan para pembaca dapat
memahami dan menerapkan penggunaan EYD dalam pembuatan suatu karya tulis.Dan
semoga penjabaran ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Link Download
Belum ada tanggapan untuk "MAKALAH EJAAN"
Post a Comment