Sunday, August 23, 2015

Penyebab Asfiksia Neonatorum

Penyebab Asfiksia Neonatorum

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Penyebab Asfiksia neonatorum
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
§  Preeklampsia dan eklampsia
§  Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
§  Partus lama atau partus macet
§  Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
§  Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
§  Lilitan tali pusat
§  Tali pusat pendek
§  Simpul tali pusat
§  Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
§  Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
§  Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
§  Kelainan bawaan (kongenital)
§  Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi:
1.  Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa
2.  Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi tentang lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3.  Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung  fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum  pemeriksaan fisik sama asfiksia berat
Tanda dan gejala asfiksia neonatorum
1.  Tidak bernapas atau napas megap-megap atau pernapasan lambat (kurang dari 30 kali per menit)
2.  Pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada)
3.  Tangisan lemah atau merintih
4.  Warna kulit pucat atau biru (sianosis)
5.  Tonus otot lemas atau ekstremitas lemah
6.  Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardi) (kurang dari 100 kali per menit).
Penanganan asfiksia neonatorum
Aspek yang sangat penting dari resusitasi terhadap asfiksia neonatorum adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu : pernapasan, denyut jantung, dan warna kulit. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
- Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
- Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
- Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
- Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
- Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
- Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
- Kompresi dada.
- Pengobatan

http://buletinkesehatan.com/penyebab-asfiksia-neonatorum/


Asfiksia Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur 1 Tujuan • Menjelaskan pengertian asfiksia bayi baru lahir dan gawat janin • Menjelaskan persiapan resusitasi bayi baru lahir Menjelaskan cara membuat keputusan untuk 2 • melakukan resusitasi bayi baru lahir • Menjelaskan langkah-langkah resusitasi bayi baru lahir • Menjelaskan Asuhan pascaresusitasi Penyebab Asfiksia • Faktor Ibu • Faktor Bayi 3 • Faktor Tali Pusat Penyebab Asfiksia • Preeklampsia dan eklampsia • Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) Faktor Ibu 4 • Partus lama atau partus macet • Demam selama persalinan • Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) • Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan) Penyebab Asfiksia • Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) Faktor Bayi 5 • Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep) • Kelainan bawaan (kongenital) • Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) Penyebab Asfiksia • Lilitan tali pusat Faktor Tali Pusat 6 • Tali pusat pendek • Simpul tali pusat • Prolapsus tali pusat Gejala dan tanda • Tidak bernafas atau sulit bernafas (kurang dari 30 X per menit) • Pernafasan tidak teratur, terdapat dengkuran atau retraksi dinding dada 7 • Tangisan lemah atau merintih • Warna kulit pucat atau biru • Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai • Tidak ada denyut jantung atau perlahan (kurang dari 100 X per menit) Persiapan Resusitasi BBL • Persiapan keluarga • Persiapan tempat resusitasi 8 • • Persiapan alat resusitasi
Langkah-langkah Resusitasi BBL • Langkah awal 12 • Ventilasi Langkah Awal (30 detik) 1. Jaga bayi tetap hangat. 2. Atur posisi bayi. 3. Isap lendir. 4. Keringkan dan Rangsang taktil. 13 4. Keringkan dan Rangsang taktil. 5. Reposisi. -------------------------------------------------------- 6. Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur ? Bentuk rangsangan taktil yang tidak dianjurkan Bentuk rangsangan • Menepuk bokong • Meremas atau memompa rongga dada • Menekankan kedua paha ke Risiko • Trauma • Fraktur, pneumotoraks, gawat nafas, kematian • Ruptura hati atau limpa, 14 • Menekankan kedua paha ke perut bayi • Mendilatasi sfinkter ani • Kompres atau merendam di air panas dan dingin • Menguncang- Menguncang-guncang tubuh guncang tubuh bayi • Meniupkan oksigen atau udara dingin ke tubuh bayi • Ruptura hati atau limpa, perdarahan dalam • Sfinkter ani robek • Hipotermia, hipertermia, luka bakar • Kerusakan otak • Hipotermia Ventilasi 1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan. 2. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi. 3. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 15 cm air dalam 30 detik. --------------------------------------------------- 4. Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur?















Penilaian Setelah ventilasi 30 detik, lakukan penilaian pernafasan, warna kulit dan denyut jantung • Bila bayi bernafas normal, lakukan asuhan BBL seperti biasa 17 • Bila belum normal, ulangi ventilasi positif selama 30 detik kedua dan nilai kembali • Bila masih megap- Bila masih megap-megap dan terdapat retraksi megap dan terdapat retraksi dinding dada, ulangi kembali ventilasi positif dengan oksigen murni • Bila setelah 20 menit bayi masih kesulitan bernafas, pasang pipa nasogastrik untuk mengurangi atau mengosongkan udara dalam lambung, kemudian rujuk ke fasilitas rujukan Penilaian • Bila setelah 20 menit ventilasi positif ternyata bayi tetap tidak bernafas maka resusitasi dihentikan. Bayi dinyatakan 18 meninggal dan beritahukan pada keluarga bahwa upaya penyelamatan gagal dan beri dukungan emosional kepada mereka Pemasangan Pipa Lambung • Untuk mengeluarkan udara yang masuk ke dalam lambung saat dilakukan bantuan pernafasan dengan ventilasi positif 19 • Timbunan udara di lambung dapat menekan diafragma dan menghalangi upaya bernafas atau pengembangan paru • Dapat menyebabkan muntah dan terjadi aspirasi isi lambung ke dalam paru- aspirasi isi lambung ke dalam paru-paru Asuhan Pascaresusitasi • Jaga temperatur tubuh bayi, baik dengan selimut ataupun didekap oleh ibunya • Minta ibu untuk segera menyusukan bayinya • Cegah infeksi ikutan atau paparan bahan 20 • tidak sehat • Pantau kondisi kesehatan bayi secara berkala, termasuk kemampuan menghisap ASI • Rujuk bila terdapat tanda- Rujuk bila terdapat tanda-tanda gawatdarurat tanda gawatdarurat (demam tinggi, ikterus, lemah, tidak dapat menghisap ASI, kejang- menghisap ASI, kejang-kejang) kejang) Tanda-tanda Bayi yang memerlukan rujukan sesudah resusitasi • Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit • Adanya retraksi (tarikan) interkostal 21 • Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau megap- megap (bising napas inspirasi) • Tubuh bayi pucat atau kebiruan • Bayi lemas






Langkah Resusitasi BBL dengan air ketuban bercampur mekonium • Bayi bugar  seperti bayi normal • Bayi lemas  Bersihkan jalan nafas 23 • Bayi lemas  Bersihkan jalan nafas lihat langkah resusitasi











POSTPARTUM BLUES






Rate This




Kehamilan adalah peristiwa dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan fisik dan emosional yang kompleks pada wanita hamil, memerlukan adaptasi terhadap pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
A.PENGERTIAN POSTPARTUM BLUES
Postpartum atau masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengaeasan Postpartum adalah 2-6 jam, 2jam-6hari, 2jam-6minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu ). Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis, salah satunya yang disebut Postpartum Blues
B.    SEJARAH POSTPARTUM BLUES
Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Depresi setelah melahirkan sudah dikenali sejak 460 tahun sebelum Masehi, lewat pengungkapan oleh Hippocrates. Deskripsi lebih lengkap kemudian dikembangkan dari waktu ke waktu, namun baru sekitar 15 tahun terakhir ini muncul banyak informasi seputar ini. Savage pada tahun 1875 telah menulis referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pascasalin yang disebut sebagai ‘milk fever ‘ karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi.
Post-partum blues atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues merupakan suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan,
Tanda dan gejala-gejala Post Partum Blues diantaranya adalah reaksi depresi, atau sedih , disforia, menangis ,mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.
Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya.
C.    PENYEBAB DAN GEJALA POSTPARTUM BLUES
1.    Penyebab Postpartum Blues
Beberapa penyebab Postpartum Blues diantaranya :
a.    Perubahan Hormon
b.    Stress
c.    ASI tidak keluar
d.    Frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh
e.    Kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi.
f.    Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami.
g.    Problem dengan Orangtua dan Mertua
h.   Takut kehilangan bayi.
i.    Sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu.
j.   Takut untuk memulai hubungan suami istri (ML), anak akan terganggu.
k.   Bayi sakit
l.    Rasa bosan si Ibu.
m.   Problem dengan si Sulung.
2.   Gejala Postpartum Blues
Beberapa gejala yang dapat timbul pada klien yang mengalami Postpartum Blues diantaranya :
a.    Cemas tanpa sebab
b.    Menangis tanpa sebab
c.    Tidak sabar
d.    Tidak percaya diri
e.    Sensitive
f.    Mudah tersinggung
g.    Merasa kurang menyayangi bayinya
Jika Postpartum Blues ini dianggap enteng, keadaan ini bisa serius dan bisa bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi Postpartum Sindrome.
D.    MASALAH PADA POSTPARTUM BLUES
Beberapa masalah yang dapat timbul pada klien yang mengalami Postpartum Blues diantaranya :
1.    Menangis dan ditambah  ketakutan tidak bisa memberi asi
2.    Frustasi karena anak tidak mau tidur
3.    Ibu merasa lelah, migraine dan cenderung sensitive
4.    Merasa sebal terhadap suami
5.    Masalah dalam menghadapi omongan ibu mertua
6.    Menangis dan takut apabila bayinya meninggal
7.    Menahan rasa rindu dan merasa jauh dari suami
8.   Menghabiskan waktu bersama bayi yang terus menerus menangis sehingga membuat ibu frustasi
9.    Perilaku anak semakin nakal sehingga ibu menjadi stress
10.  Adanya persoalan dengan suami
11.  Stress bila bayinya kuning
12.  Adanya masalah dengan ibu
13.  Terganggunya tidur ibu pada malam hari karena bayinya menangis
14.  Jika ibu mengalami luka operasi, yang rasa sakitnya menambah masalah bagi ibu.
15.    Setiap kegiatan ibu menjadi terbatas karena hadirnya seorang bayi
16.    Takut melakukan hubungan suami isteri karena takut mengganggu bayi
17.    Kebanyakan para ibu baru ingin pulang ke rumah orangtuanya dan berada didekat ibunya
E.    PENANGANAN POSTPARTUM BLUES
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sbb
:
1.    Fase Taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung inu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
2.    Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3.     Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.
Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues . Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :
1.    Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a.    Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b.    Dapat memahami dirinya
c.    Dapat mendukung tindakan konstruktif.
4.    Dengan cara peningkatan support mental
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :
a.    Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
b.    Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayi
c.    Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya
d.    Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
e.    Memperbanyak dukungan dari suami
f.    Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
g.    Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
h.    Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
i.    mengganti suasana, dengan bersosialisasi
j.    Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya
Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :
a.    Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
b.    Tidurlah ketika bayi tidur
c.    Berolahraga ringan
d.    Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
e.    Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
f.    Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
g.    Bersikap fleksibel
h.    Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
i.    Bergabung dengan kelompok ibu
F.    PENCEGAHAN POSTPARTUM BLUES
Menurut para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu, memengaruhi terjadinya depresi ini. Stres di keluarga bisa akibat faktor ekonomi yang buruk atau kurangnya dukungan kepada sang ibu.Hampir semua wanita, setelah melahirkan akan mengalami stres yang tak menentu, seperti sedih dan takut. Perasaan emosional inilah yang memengaruhi kepekaan seorang ibu pasca melahirkan.
Hingga saat ini, memang belum ada jalan keluar yang mujarab untuk menghindari Postpartum Blues. Yang bisa dilakukan, hanyalah berusaha melindungi diri dan mengurangi resiko tersebut dari dalam diri.
Sikap proaktif untuk mengetahui penyebab dan resikonya, serta meneliti faktor-faktor apa saja yang bisa memicu juga dapat dijadikan alternative untuk menghindari Postpartum Blues. Selain itu juga dapat mengkonsultasikan pada dokter atau orang yang profesional, agar dapat meminimalisir faktor resiko lainnya dan membantu melakukan pengawasan.
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues yaitu :
1.    Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.
2.    Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.
3.    Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.
4.    Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.
5.    Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.
6.    Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau  orangtua Anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.
7.    Persiapkan diri dengan baik
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
8.    Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
9.    Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda yang belum stabil, bisa Anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga Anda telah melakukan segalanya.
10.     Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya.
11.    Dukungan kelompok Postpartum Blues
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok Postpartum Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.
G.    ASUHAN KEPERAWATAN PADA POST PARTUM BLUES
Asuhan Keperawatan yang diberikan setelah melahirkan dapat berupa medikasi dan terapi atau kombinasi keduanya. beberapa jenis antidepressant yang sesuai dapat diberikan kepada ibu yang menyusui. Dalam psikoterapi, pastisipasi dalam grup support dilakukan untuk memberikan dan menanamkan dukungan sosial terhadap individu agar dapat mengurangi tingkat depresi yang muncul.
Inti dari Asuhan Keperawatan yang diberikan mencakup perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis klien secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
Asuhan keperawatan yang dapat diberikan salah satunya yaitu Support group. Support group adalah sekelompok orang yang dipilih oleh psikolog, konselor dan terapis yang telah diberikan petunjuk-petunjuk khusus untuk dapat memberikan dukungan secara psikologis, moril dalam proses terapi. Biasanya keberadaan orang-orang tersebut tidak diketahui secara pasti oleh klien, karena grup tersebut juga mengikuti proses terapi atau kondisi yang sama dengan klien.
Konseling yang dapat diberikan sebagai asuhan keperawatan terhadap klien dengan postpartum Blues diantaranya :
1.    Memberitahukan pada klien untuk menyadari bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk. Bukan salah klien memiliki pemikiran atau perasaan yang berlebihan pada postpartum.
2.    Memberitahu klien untuk memperlakukan dirinya dengan baik dengan cara:
a.    Makan makanan bergizi(hindari alkohol dan kafein)
b.    Banyak istirahat dan tidur
c.    Pergi keluar untuk mendapat cahaya matahari
d.    Berlatih secara rutin(berjalan selama 20 mnit atau lebih)
e.    Menyediakan waktu untuk diri sendiri(untk sejenak    menghindari tugas-tugas dan urusan bayi)
f.    melewatkan waktu bersama keluarga dan teman-teman
3.    Anjurkan klien untuk memberitahu teman yang terpercaya mengenai perasaan yang dirasakan, khususnya bila muncul kekhawatiran akan menyakiti diri sendiri atau bayi anda.
4.    Bila perlu, anjurkan klien untuk berkonsultasi dengan dokter tentang terapis & kelompok pendukung yang dapat menolong. Bahkan lebih baik lagi untuk menemui dokter specialis kesehatan mental untuk meminta resep obat atau psikolog untuk berkonsultasi.
Sistematika Asuhan Keperawatan yang dapat dilaksanakan yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian terhadap klien postpartum Blues meliputi :
a.     Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain – lain
b.    Riwayat kesehatan
1)    Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
2)    Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
3)    Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
4)    Riwayat obstetrik
a) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
b) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil
c) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta
Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir.
Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
d) Riwayat Kehamilan sekarang.
1. Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
3. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
c. Pola aktifitas sehari-hari
1)    Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
2)    Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi.
BAB harus ada 3-4 hari postpartum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )
3)    Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
4)    Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.
2.    Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan.
b.    Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia.
c.    Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian, respon fisiologis.
d.    Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan tubuh, penurunan Hb.
e.    Resiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/ distensi jaringan.
f.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan atau tidak mengenal sumber informasi
https://honey72.wordpress.com/2010/12/26/postpartum-blues/

A. Sectio Caesarea 1. Pengertian Terdapat beberapa pencetus sectio caesarea, antara lain : a. Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan insisi melalui abdomen dan uterus (Liu, 2007, hal .227). b. Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005, hal. 133). c. Sectio caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (Dewi Y, 2007, hal. 1-2). Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa sectio caesarea adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk melahirkan bayi dengan jalan pembukaan dinding perut. Universitas Sumatera Utara 2. Jenis-Jenis Sectio Caesarea Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu : a. Sayatan melintang Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR). Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simphysisis) di atas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. keuntunganya adalah parut pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karna pada masa nifas, segmen bawah rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh lebih sempurna (Kasdu, 2003, hal. 45). b. Sayatan memanjang (bedah caesar klasik) Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi (Dewi Y, 2007, hal .4). 3. Indikasi Sectio Caesarea Para ahli kandungan atau para penyaji perawatan yang lain menganjurkan sectio caesarea apabila kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada ibu dan janin. Indikasi untuk sectsio caesarea antara lain meliputi: Universitas Sumatera Utara 1. Indikasi Medis Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu : a) Power Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga. b) Passanger Diantaranya, anak terlalu besar, anak “mahal” dengan kelainan letak lintang, primi gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung janin kacau dan melemah). c) Passage Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak, umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota (kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B dan hepatitis C. (Dewi Y, 2007, hal. 11-12) 2. Indikasi Ibu a) Usia Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, Universitas Sumatera Utara misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea. b) Tulang Panggul Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan. c) Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja dilakukan. d) Faktor Hambatan Jalan Lahir Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas. e) Kelainan Kontraksi Rahim Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar. Universitas Sumatera Utara f) Ketuban Pecah Dini Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin dalam rahim. g) Rasa Takut Kesakitan Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan “menggigit”. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan dengan sakit. Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat proses persalinan alami yang berlangsung. (Kasdu, 2003, hal. 21-26) 3. Indikasi Janin a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress) Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar 120- 160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin melemah, lakukan segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan janin. b) Bayi Besar (makrosemia) (Cendika, dkk. 2007, hal. 126). Universitas Sumatera Utara c) Letak Sungsang Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain. d) Faktor Plasenta i. Plasenta previa Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau selruh jalan lahir. ii. Plasenta lepas (Solution placenta) Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban. iii. Plasenta accreta Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta. e) Kelainan Tali Pusat i prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung) keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi. Universitas Sumatera Utara ii Terlilit tali pusat Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman.(Kasdu, 2003, hal. 13-18).













3HPHULNVDDQ.HNHUXKDQ$LU.HWXEDQ M. Sholeh Kosim Bagian Ilmu Kesehatan FK UNDIP/ RSUP Dr.Kariadi Semarang Air ketuban (AK) adalah cairan jernih dengan warna agak kekuningan yang menyelimuti janin di dalam rahim selama masa kehamilan, berada di dalam kantong ketuban, dan mempunyai banyak fungsi. Air ketuban yang berubah menjadi berwarna kehijauan atau kecoklatan, menunjukkan bahwa neonatus telah mengeluarkan mekonium, menjadi petanda bahwa neonatus dalam keadaan stress dan hipoksia. menyebabkan peristaltik usus dan otot sfinter ani relaksasi sehingga mekonium dapat keluar melalui anus. Mekonium merupakan feses pertama janin dan neonatus yang juga mengandung enzim pankreas, asam lemak bebas, orfirin, interleukin-8, fosfolipase A2, biliribun indirek, dan bilirubin direk. Air merupakan komponen terbesar (85%–95%), sehingga kekeruhan AK sebagian besar disebabkan oleh mekonium yang mengandung feses dan asam empedu. Sehubungan keadaan tersebut maka perlu dideteksi adanya feses di dalam AK. Pemeriksaan kekeruhan dapat dilakukan secara visual (makroskopik) atau dengan mikrometer dan spektrofotometri. Berbagai penelitian mencoba menjawab pertanyaan ini. Di antaranya adalah pemeriksaan spektrofotometri, “meconium crit“, dan “mecometer“ Pemeriksaan feses dapat dilakukan secara konvensional dengan menggunakan uristiks yang lebih praktis untuk memeriksa komponen kimiawi, untuk berbagai macam tujuan. (Sari Pediatri 2010;11(5):379-84). Kata kunci: kekeruhan air ketuban, meconium crit, mecomete A












                                        anin di dalam rahim laksana mengambang di dalam air ketuban (selanjutnya disebut AK). Selama kehamilan volume AK meningkat sesuai dengan pertumbuhan janin. Volume paling besar terjadi saat mendekati umur kehamilan 34 minggu, dengan rerata volume 800 mililiter. Kurang lebih 600 mililiter AK meliputi janin saat neonatus cukup bulan (40 minggu kehamilan) dan saat dilahirkan. Cairan AK bersirkulasi dengan cara janin menelan dan menghirup serta pengeluaran melalui urin janin.1 Air ketuban yang normal jernih berwarna agak kekuningan, menyelimuti janin di dalam rahim selama masa kehamilan. Air ketuban berada di dalam kantong ketuban, mempunyai berbagai fungsi antara lain, a. Memungkinkan janin untuk bergerak bebas dan perkembangan muskuloskeletal, b. Memelihara janin dalam lingkungan suhu yang relatif stabil, yang meliputi janin sehingga melindungi janin dari kehilangan panas, c. Memungkinkan perkembangan paru janin,2 d. Sebagai bantalan dan melindungi janin. Saat trimester kedua, janin mampu menghirup cairan ke 3HPHULNVDDQ.HNHUXKDQ$LU.HWXEDQ M. Sholeh Kosim Bagian Ilmu Kesehatan FK UNDIP/ RSUP Dr.Kariadi Semarang Air ketuban (AK) adalah cairan jernih dengan warna agak kekuningan yang menyelimuti janin di dalam rahim selama masa kehamilan, berada di dalam kantong ketuban, dan mempunyai banyak fungsi. Air ketuban yang berubah menjadi berwarna kehijauan atau kecoklatan, menunjukkan bahwa neonatus telah mengeluarkan mekonium, menjadi petanda bahwa neonatus dalam keadaan stress dan hipoksia. menyebabkan peristaltik usus dan otot sfinter ani relaksasi sehingga mekonium dapat keluar melalui anus. Mekonium merupakan feses pertama janin dan neonatus yang juga mengandung enzim pankreas, asam lemak bebas, orfirin, interleukin-8, fosfolipase A2, biliribun indirek, dan bilirubin direk. Air merupakan komponen terbesar (85%–95%), sehingga kekeruhan AK sebagian besar disebabkan oleh mekonium yang mengandung feses dan asam empedu. Sehubungan keadaan tersebut maka perlu dideteksi adanya feses di dalam AK. Pemeriksaan kekeruhan dapat dilakukan secara visual (makroskopik) atau dengan mikrometer dan spektrofotometri. Berbagai penelitian mencoba menjawab pertanyaan ini. Di antaranya adalah pemeriksaan spektrofotometri, “meconium crit“, dan “mecometer“ Pemeriksaan feses dapat dilakukan secara konvensional dengan menggunakan uristiks yang lebih praktis untuk memeriksa komponen kimiawi, untuk berbagai macam tujuan. (Sari Pediatri 2010;11(5):379-84). Kata kunci: kekeruhan air ketuban, meconium crit, mecomete Alamat korespondensi: Dr. M. Sholeh Kosim, SpA(K). Sub Bagian Perinatologi Bagian IKA FK UNDIP/RSUP Dr.Kariadi Semarang, E-mail : mskosim@indosat.net.id 380 M. Sholeh Kosim: Pemeriksaan kekeruhan air ketuban Sari Pediatri, Vol. 11, No. 5, Februari 2010 dalam paru dan menelannya, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhan normal sistem paru dan pencernaan. Janin bergerak bebas dalam AK sehingga membantu perkembangan otot dan tulang. Kantung ketuban terbentuk saat duabelas hari setelah pembuahan, kemudian segera terisi oleh AK. Saat minggu-minggu awal kehamilan, AK terutama mengandung air yang berasal dari ibu, setelah sekitar duapuluh minggu urin janin membentuk sebagian besar AK e. Mengandung nutrien, hormon dan antibodi yang melindungi dari penyakit. 3 f. Air ketuban berkembang dan mengisi kantong ketuban mulai dua minggu sesudah pembuahan. Setelah sepuluh minggu kemudian AK mengandung protein, karbohidrat, lemak, fosfolipid, urea, dan elektrolit, untuk membantu pertumbuhan janin. Pada saat akhir kehamilan sebagian besar AK terdiri dari urin janin.3 g. Air ketuban secara terus menerus ditelan, “dihirup” dan diganti lewat proses ekskresi seperti juga dikeluarkan sebagai urin. Merupakan hal yang penting bahwa AK dihirup ke dalam paru janin untuk membantu paru mengembang sempurna, AK yang tertelan membantu pembentukan mekonium keluar saat ketuban pecah. Apabila ketuban pecah terjadi selama proses persalinan disebut ketuban pecah spontan, apabila terjadi sebelum proses persalinan disebut sebagai ketuban pecah dini. Sebagian besar AK tetap berada dalam rahim sampai neonatus lahir.3 Warna AK kehijauan atau kecoklatan menunjukkan bahwa neonatus telah mengeluarkan mekonium (kotoran yang terbentuk sebelum lahir, pada keadaan normal keluar setelah lahir saat pergerakan usus yang pertama kali). Hal ini dapat menjadi petanda bahwa neonatus dalam keadaan stres. Keadaan hipoksia menyebabkan peristaltik usus dan relaksasi otot sfingter ani, maka mekonium dapat keluar melalui anus.4 Seorang neonatus dapat menghirup cairan tersebut sehingga mengakibatkan masalah pernapasan yang serius yaitu sindrom aspirasi mekonium (SAM) yang membutuhkan penanganan yang tepat. Apabila seorang klinikus melihat mekonium selama proses persalinan, dapat dilakukan pemberian amnioinfusion bagi ibu dengan harapan dapat mencegah berbagai komplikasi pada neonatus. Cairan yang berwarna merah jambu menunjukkan perdarahan yang baru terjadi, sedangkan AK yang berwarna seperti anggur menunjukkan adanya riwayat perdarahan. Tanda warna AK tersebut kemungkinan trivial tetapi dapat membantu menentukan penyebab yang mungkin.5 Komposisi dari air ketuban tertera pada Tabel 1. Asal AK steril namun oleh karena mekonium adalah media yang paling baik untuk bakteri tumbuh dengan subur, meskipun masih dalam perdebatan namun banyak pakar yakin bahwa mekonium dapat menyebabkan iritasi pada saluran napas.7 Mekonium Istilah mekonium berasal dari bahasa Yunani kuno meconium-arion atau seperti opium. Aristoteles mempergunakan istilah tersebut karena dipercaya Tabel 1 : Komposisi air ketuban normal Kandungan Kadar Kalsium (mEq/L) Klorida (mEq/L) CO2 (mEq/L) Kreatinin (mg/dL) Glukosa (mg/dL) Ph Kalium (mEq/L) Natrium (mEq/L) Total protein (gram/dL) Albumin (gram/dL) Urea (mg/dL) Asam urat (mg/dL) 4 102 16 1,8 29,8 7,04 4,9 133 2,5 1,4 31 4,9 Sumber : Williams W6 Gambar 1. Janin dan AK dalam rahim Sumber: Medical Encyclopedia. Amniotic fluids8 Air ketuban jernih, agak kekuningan, yang m e l i p u t i d a n melindungi janin di dalam rahim 381 M. Sholeh Kosim: Pemeriksaan kekeruhan air ketuban Sari Pediatri, Vol. 11, No. 5, Februari 2010 mekoneum membuat janin tidur. Isi usus janin dan mekonium adalah campuran berbagai bahan kimia yang steril, termasuk glikoprotein mukus, verniks caseosa yang tertelan, sekresi saluran pencernaan, enzim hati, pankreas dan empedu, protein plasma, mineral, dan lipid Mukopolisakarida menyusun 80% berat kering mekonium. Kadar enzim pankreas dan hati bervariasi sesuai usia gestasi.9 Air ketuban secara terus menerus ditelan, “dihirup” dan diganti lewat proses ekskresi seperti juga dikeluarkan sebagai urin. Merupakan hal yang penting bahwa AK dihirup ke dalam paru janin untuk membantu fungsi paru. Komposisi mekonium tertera pada Tabel 2. Air ketuban keruh Mekonium adalah substansi mirip tar yang kental dan berwarna kehijauan yang berada di usus janin selama kehamilan. Secara normal AK tidak dikeluarkan dengan pergerakan usus sampai neonatus dilahirkan, dalam keadaan tertentu dapat ditemukan pergerakan usus tersebut sebelum lahir. Jika didapatkan mekonium selama proses persalinan dan kelahiran, harus diamati lebih cermat tanda gawat janin atau posisi janin letak sungsang. Adanya pewarnaan mekonium dalam AK bukan berarti neonatus mengalami gawat janin. Maka apabila ditemukan mekonium berwarna, tim penolong persalinan dan kelahiran sebaiknya mencari tanda-tanda yang lain. Mekonium yang ‘encer’ / cair bukan merupakan risiko atau tanda gawat janin, tapi merupakan tanda kematangan neonatus. Hal yang lebih berbahaya bagi neonatus adalah jika ditemukan mekonium saat proses persalinan sehingga harus dicari tanda-tanda gawat janin.11 Dijumpainya mekonium di dalam AK meninggalkan bekas atau sejumlah bukti. Apabila mekonium berada selama empat jam atau lebih di dalam AK, maka dasar kuku (nail bed) janin akan berwarna dan kalau berada di dalam AK duapuluh empat jam atau lebih verniks kaseosa akan ikut berwarna. Selaput ketuban dan tali pusat pun akan berwarna oleh mekonium dalam waktu tiga jam dan makrofag dalam satu jam.7 Cara mendeteksi kekeruhan air ketuban Cara mengetahui atau mendiagnosis mekonium dalam AK saat masa kehamilan dapat digunakan beberapa modalitas seperti amnioskopi transervikal, amniosintesis dan terakhir ultrasonografi serta magnetic resonance spectroscopy. Suatu penelitian guna menurunkan angka kematian perinatal dihubungkan mekonium dalam AK dengan kelainan ritme jantung. Hasil penelitian menunjukkan 56% janin dengan mekonium dalam AK berat, 22% janin dengan mekonium dalam AK ringan, atau AK jernih, mempunyai ritme jantung yang abnormal. Ternyata pula total kematian perinatal pada semua janin dengan mekonium dalam AK dan semua janin dengan abnormalitas ritme jantung hanya 3%. Berhubung terdapat kelemahan dalam tiap modalitas tersebut, maka deteksi mekonium dalam AK dan makna mekonium dalam sebagai faktor gawat janin tidak begitu kuat. Oleh karena itu upaya mendiagnosis mekonium dalam AK saja dalam masa kehamilan tidak banyak dikerjakan lagi karena kurang bermanfaat.7 Penilaian air ketuban keruh Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui mekonium di dalam air ketuban karena mortalitas dan morbiditas sindrom aspirasi mekonium (SAM) yang tinggi. Penilaian secara kualitatif yaitu dengan melihat kekeruhan air ketuban secara visual, dapat dibedakan air ketuban antara thick, medium, dan thin, kelemahan penilaian secara visual bersifat subjektif dari penilai.12 Air ketuban keruh bercampur mekonium (selanjutnya disebut AKK) merupakan faktor risiko berbagai masalah perinatal. Bayi dengan AKK kental Tabel 2 . Komposisi mekonium janin pada neonatus cukup bulan x Kolesterol dan prekusor sterol x Substansi golongan darah x Air x Mukopolisakarida x Protein x Lemak x Asam empedu dan garam empedu x Enzim x Sel skuamosa x Verniks kaseosa Sumber : Glantz CJ, Wood JR Jr10 382 M. Sholeh Kosim: Pemeriksaan kekeruhan air ketuban Sari Pediatri, Vol. 11, No. 5, Februari 2010 lebih sering mempunyai masalah yang lebih besar dibanding bayi dengan AKK yang encer. Secara umum kandungan mekonium di dalam AK dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu encer, sedang, dan kental. Penilaian kandungan mekonium tergantung sepenuhnya pada pengamatan subjektif para klinisi. Meskipun penilaian subjektif tidak menimbulkan masalah serius, banyak penelitian dilakukan untuk menilai mekonium secara objektif. Di antaranya pemeriksaan spektrofotometri dan meconium crit, pemeriksaan yang sederhana dan dapat dipercaya, namun alat tidak mudah dibawa atau dipindahkan sehingga agak menyulitkan para klinisi.13 Pada kenyataannya alat tersebut tidak digunakan secara rutin dalam praktik sehari hari. Park dan Shin11 di Korea melakukan penilitian dengan alat sederhana dan portabel untuk menilai kandungan mekonium secara objektif dan telah dilakukan verifikasi untuk objektivitas dan reliabilitasnya, disebut mecometer 14 (Gambar 2). Sanlialp dkk12 meneliti keakuratan penilaian air ketuban keruh bercampur mekonium secara visual dibandingkan dengan pemeriksaan spektofotometri, menunjukkan bahwa penilaian secara visual sama dengan penilaian spektofotometri (accuracy rate = 54,74 %, p


http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-5-12.pdf

No comments:

Post a Comment